Jatnika, Pendekar
Bambu Cimande
Selasa, 12 April 2011
| 04:13 WIB
Dibaca: 2477
Mawar Kusuma
Tumbuh dan besar di hutan bambu, hidup Jatnika
Nanggamiharja (54) tak terpisahkan dari tanaman itu. Ia telah membangun lebih
dari 3.000 rumah bambu di dalam dan luar negeri. Ia sisihkan keuntungan
bisnisnya untuk penghijauan tebing sungai.
Di lahan seluas 5.000 meter persegi milik Yayasan
Bambu Indonesia di Bumi Cibinong Indah, Bogor, Jawa Barat, Jatnika melatih
tenaga ahli pembuatan rumah bambu. Mereka dibekali kemampuan olahraga bela diri
pencak silat Cimande. Ilmu bela diri khas Jawa Barat
ini memberi bekal kekuatan sehingga mereka mampu membangun rumah bambu yang
ikatannya kuat dan tahan lama.
Jatnika telah melatih lebih dari 20 angkatan tenaga
ahli bambu yang masing-masing terdiri atas 25 orang. Mereka dilatih untuk mampu
mengikat kuat setiap bambu dengan sepuluh macam ikatan tali ijuk. Mereka
sanggup merakit bambu betung, bambu gombong, bambu tali, hingga bambu hitam
yang diameternya bisa mencapai 20 sentimeter.
Produk rumah bambu itu menjadi komoditas ekspor. Demi
kualitas, Jatnika hanya menyanggupi dua permintaan ekspor rakitan rumah bambu
knock down (bongkar pasang) per tahun. Proses pembangunan rumah bambu di luar
negeri juga hanya dilakukan dengan tenaga ahli yang sudah dididik Jatnika.
Permintaan ekspor rumah bambu, antara lain berasal dari Malaysia, Brunei, dan
Arab Saudi.
Pembangunan tiap rumah bambu biasanya memakan waktu
tiga bulan. Sejak tahun 1985, kata Jatnika, pihaknya telah membangun lebih dari
3.000 rumah bambu.
Jatnika mematok biaya pembangunan rumah antara Rp 1,2
juta hingga Rp 2,5 juta per meter persegi dan luas satu rumah rata-rata 50
meter persegi.
Jatnika hidup sederhana di rumah bambu miliknya yang
menyatu dengan kawasan Yayasan Bambu Indonesia. Keuntungan yang diperolehnya
dari pembangunan rumah bambu juga dimanfaatkan untuk pengadaan bibit, yang
kemudian ditanam sebagai upaya penghijauan. ”Saya sebar kembali untuk
penanaman. Kebahagiaan tidak selamanya terletak di materi,” kata Jatnika.
Selain rumah, Jatnika juga membangun pesantren
miliknya dari bambu. Jika membangun 10 masjid atau mushala dari bambu, Jatnika
menyumbangkan satu mushala secara gratis. Impiannya adalah menyaksikan rumah
bambu menjadi ciri khas utama ketika orang memasuki wilayah Jawa Barat.
Prabu Haur Kuning
Jatnika meyakini, fatwa bambu yang dulu dilontarkan
oleh Prabu Haur Kuning. Prabu Haur Kuning adalah putra Prabu Siliwangi dari
istri ke-11. Prabu Haur Kuning yang hanya memiliki wilayah kekuasaan seluas
1.200 depa mampu mewujudkan kesejahteraan rakyatnya dari penanaman bambu.
Tiga fatwa bambu itu menyebutkan, jika Nusantara ingin
sejahtera, tidak dihinggapi penyakit menular, dan tidak dijajah, maka tiap
keluarga minimal harus menanam 1.000 rumpun bambu. Melalui penanaman bambu,
akan tercipta kesejahteraan, kesehatan, dan pertahanan negara.
Jatnika pribadi mengaku sangat merasakan buah
kesejahteraan karena bambu. Dari penanaman 1.000 rumpun bambu betung berumur
lima tahun, misalnya, dia bisa memanen 20.000 batang bambu. Dengan harga jual
Rp 30.000 per batang, Jatnika sudah bisa memperoleh Rp 600 juta per panen,
setahun sekali.
Nilai jual tersebut akan semakin tinggi setelah
disentuh dengan keahlian, seperti dibuat menjadi kipas, sangkar burung, dan
beragam alat dapur.
Tiap tahun, kata Jatnika, minimal lima batang dari
serumpun bambu harus ditebang agar pertumbuhan bambu tak terhambat.
Satu rumpun bambu yang terdiri dari 50 batang mampu
menyimpan 2.000 liter air. Tak heran jika orang di pedesaan biasa membuat sumur
di dekat rumpun bambu.
Tinggal di rumah bambu, menurut Jatnika, juga mampu
memberi kenyamanan. Resonansi dengung panjang berbunyi dari rongga bambu mampu
menumbuhkan ketenangan bagi penghuninya.
”Kita ini bersaudara dengan bambu. Bunyi nggg... yang
sama bisa kita dengar ketika menutup telinga dengan tangan. Itulah kenapa
sangat nyaman tidur di rumah bambu,” ujar Jatnika.
Mulai sebagai
penganyam
Sejak duduk di bangku SD, Jatnika sudah menganyam
bambu untuk dijual. Orangtuanya berprofesi sebagai perajin bambu. Tiap malam,
ketika masih memakai seragam SMP dan SMA, kepada teman-temannya Jatnika juga
mengajar cara menganyam bambu serta melatih pencak silat Cimande.
Setelah kuliahnya selesai tahun 1981, Jatnika menekuni
bisnis pembangunan rumah bambu sembari bekerja di perusahaan penerbitan. Ekspor
kerajinan bambu mulai dijalaninya tahun 1985 ke Taiwan, dan sejak saat itu dia
fokus menggeluti usaha bambu. Usaha kerajinan bambunya kala itu berkembang
dengan lima sanggar di Jakarta.
Ketika ikut pameran rumah bambu di Lapangan Banteng
tahun 1995, Ketua Dewan Kerajinan Nasional kala itu, Nyonya Tri Sutrisno,
mengajaknya mendirikan Yayasan Bambu Indonesia. Sejak itulah Jatnika melebarkan
sayap ekspor rumah bambunya. Yayasan Bambu Indonesia hingga kini masih aktif
mendidik para ahli pembuat rumah bambu.
Jatnika mengaku hingga kini sudah mengembangkan 41
model rumah tradisional bambu khas Jawa Barat. Bekerja sama dengan PT Angkasa
Pura II, dia telah mematenkan hak cipta untuk rumah bambu semi permanen pada
2006.
Indonesia kaya dengan 105 spesies endemik asli bambu
yang 95 di antaranya ditemukan di Jawa Barat. Namun, Jatnika merasa resah
karena bambu masih dianggap tanaman liar, tanpa adanya penanaman yang
terprogram.
Berdasar catatan Jatnika, hampir 1.000 hektar hutan
bambu di Bogor ditebang dalam kurun lima tahun terakhir. Padahal, katanya,
kehidupan masyarakat Indonesia tidak lepas dari budaya bambu, mulai dari
keperluan bahan baku rumah hingga makanan.
Jatnika Nanggamiharja
• Lahir : Cikidang, Sukabumi, 2 Oktober 1956 • Istri : Marsidah (33) • Anak :1. Samsul Fajri2. Sundari
(almarhum)3. Ratu Pertiwi4. Karisma Nusanagara5. Salmah Maksum6. Banjar Kaspaya • Pendidikan : - SD IV di Cibadak, Sukabumi - SMP I Cibadak, Sukabumi - SMA 424 Cibadak, Sukabumi - Kuliah Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta • Pengalaman
Organisasi : - Ketua Paguyuban Perajin Bambu Kidang
Kencana (1974-sekarang) - Pengelola atau Ketua Harian Yayasan
Bambu Indonesia (1995-sekarang) - Ketua Pembina Senam Pencak Silat
Cimande Hijaiah (2010-sekarang) • Penghargaan (antara lain) :Pembuat
rumah bambu tradisional terbanyak dari Ikatan Arsitek Indonesia (2009)
No comments:
Post a Comment